Cintai Lingkunganmu

Pagi yang cerah dan matahari bersinar lembut di langit biru yang luas. Saat itu aku sedang menaiki mobilku. Eiits, bukan berarti aku yang menyetirnya, melainkan ayah tercintaku 

Kenalkan, namaku Habibah Salwa Azzahra. Aku bersekolah di MAN 1 Jakarta. Saat ini aku kelas XI Aku mengambil jurusan IPS karena aku memiliki cita-cita untuk menjadi menteri kehutanan dan ku pikir cita-citaku ini lebih fokus dengan kesosialan. 

Aku memperhatikan Dad yang masih fokus mengendarai. Tatapannya lurus ke arah jalanan Sesekali kembali melirik jam tangan biru yang melingkar dengan indah di pergelangan tangan kiriku. 

“Kita akan terlambat Dad,” jawabku tidak tenang 

Dad terkekeh mendengar jawabanku, “Dad sih oke oke aja,” katanya yang membuatku menaikkan sebelah alisku karena tidak mengerti. 

Mengernyitkan dahi, “Maksud Dad?” tanyaku bingung 

“Kan Salwa yang telat bukan Dad,” jawab Dad yang kemudian tersenyum hampir tertawa. 

Aku mencubit lengan kekar Dad dan tentu saja Dad langsung mengeluarkan suara merdunya. Mendengarnya membuatku tertawa. Aku pun lupa akan keterlambatanku, 

“Oh ya Sal, Dad denger ada anak sekolah mu yang rumahnya kebanjiran,” kata Dad. Mendadak raut wajahnya menjadi serius seperti murid yang sedang mengerjakan soal ujian. 

“Emang Dad denger dari siapa?” tanyaku heran 

“Dari berita kemarin malam. Setahu Dad dia sakit infeksi kulit,” jawab Dad tanpa melihat ke arahku. Ia mengerem yang membuat mobil berhenti dan saat itu juga aku sadar jika sekarang kami sudah sampai di sekolahku. 

“Hmm.. infeksi kulit. Berarti aimya beneran kotor ya Dad sampai ada yang kena infeksi kulit segala, “balasku. Setelah itu aku mencium punggung tangan Dad dan berpamitan padanya 

“Ingat Sal, buang sampah pada tempatnya ya, jangan sampai kita kebanjiran. Kalau bisa kamu ajak temen-temen kamu buat selalu buang sampah pada tempatnya,” ucap Dad yang membuatku menganggukkan kepalaku. 

Setelah mobil Dad menghilang dari penglihatanku, aku pun segera memasuki sekolahku, namun gerbang sekolahku telah ditutup yang mengartikan bahwa aku terlambat. 

Kok aku bisa lupa ya kalau aku terlambat? Akh dasar bodoh, rutukku dalam hati. 

“Hai Pak Kadir, selamat pagi,”sapaku pada satpam bertubuh jangkung dengan kumis yang menghiasi wajahnya yang sedang berjaga di dalam pos. 

“Salwa ya? Selamat pagi juga,” balas Pak Kadir dengan senyuman khasnya. Dan tentu saja aku ikut memberikan senyum manisku. 

“Pak, bukain gerbangnya dong, Salwa jam pertama waktu pelajarannya Bu Yuli nih Pak nanti kalau Salwa nggak ikut pelajarannya bisa-bisa dihempas cantik sampai Atlantika,” kataku dengan memasang wajah memelasku. Berharap hati Pak Kadir dapat luluh sehingga mau membuka gerbang sekolah sekolah 

“Wah nggak bisa Neng, itu udah peraturan,” tolak Pak Kadir. 

“Please Pak, kali ini aja. Kan Salwa jarang telat Pak,” mohonku. 

Pak Kadir tak membalas ucapanku. Sepertinya dia masih berpikir Aku pun hanya bisa bersabar 

Hening 

Tujuh detik berlalu hingga akhirnya Pak Kadir mengeluarkan suara lembutnya 

kembali. 

“Ya udah deh Neng, buat kaliini Pak Kadir bisa nolong, tapi untuk yang selanjutnya, jangan harap gerbang akan terbuka setelah pukul 06.45,” kata Pak Kadir yang saat itu juga membuat hatiku berbunga-bunga. 

“Makasih ya, Pak Kadir buik deh,” ucapku sumbari bergegas masuk melewati gerbang Setelah itu aku segera menuju ke dalam kelasku secepat mungkin 

“Assalamualaikum,” salamku sedikit takut karena Bu Yuli sudah berada di dalam kelasku 

“Waalaikumsalam,” balas semua murid sekaligus Bu Yuli dengan kompak 

“Maaf bu terlambat,” kataku setelah mencium punggung tangan Bu Yuli 

“Kenapa telat?” tanya Bu Yuli dengan tampang galaknya yang mirip mak lampir, Ups… 

“A.. anu Bu, itu tadi…” kataku terbata-bata sambil mencari alasan yang tepat, “tadi itu macet Bu terus juga banyak lampu merah pas mau lewat perempatan, jadi ya gimana lagi, kan sebagai pengendara yang baik ayah saya nggak mungkin nerobos lampu merah Bu, jadi ya kami sabar aja Bu,” lanjutku panjang lebar sedangkan Bu Yuli hanya menganggukkan kepalanya 

“Ya udah sekarang kamu duduk, tapi sebagai hukumannya kamu bersiin lapangan sekolah.” balas Bu Yuli sambil tersenyum mengerikan 

Mampus aku! Lapangan sekolah kan panjang dan lebar banget, batinku, 

“Oh ya Salwa dimana Salsa?” 

Mengerutkan dahi, “Kurang tahu Bu. Lagipula saya juga beda kelas Bu. Memangnya tadi belum datang?” 

“Belum, padahal sudah seminggu lebih dia nggak masuk. Absen lagi.” 

“Ya udah bu, nanti kalau saya ada kabar saya kabari,” kataku yang kemudian melenggang pergi dan duduk di atas kursi ke sayanganku. 

Bu Yuli pun kembali melanjutkan aktivitas mengajarnya. Aku segera mengeluarkan buku pelajaranku dan mengikuti penjelasannya. Dan seperti biasa aktivitas belajarku bersama teman-teman tak pernah membosankan walaupun terkadang aku sedikit mengantuk. 

Tak terasa istirahat telah tiba. Aku segera membuka ponselku dan mencoba untuk menghubungi sahabat sehati sejiwaku, Salsa. Tapi hasilnya nihil. Bahkan pesan chat LINE ku pun tak di baca, apalagi dibalas. 

Entah mengapa tiba-tiba aku mengingat berita kebanjiran yang tadi pagi disampaikan oleh Dad Siapa murid yang dimaksud oleh Dad? Mungkinkah….. 

Secepat kilat aku langsung mencari berita tentang banjir melalui aplikasi BABE. Tak sampai lima menit aku sudah berhasil menemukan beberapa berita tentang banjir. Tak mau membuang waktu aku langsung membuka satu per satu berita yang ditampilkan pada layar ponselku 

DEG 

Jantungku berdetak kencang Rasanya mataku hampir meloncat keluar ketika membaca sebuah berita dengan judul “Banjir Bandang di Desa Tanjung Barat’. Di desa itulah Salsa tinggal. Mataku pun dengan cepat membaca berita itu. 

BRAAK 

Ada apa Sal?” tanya Frisya yang merupakan teman duduk sebangku ku. 

“Salsa.” kataku pelan. Ku pikir mataku terasa panas. Sepertinya air mataku sebentar lagi akan bercucuran. 

“Kenapa dengan Salsa?” tanya Frisya. 

“Dia infeksi kulit,” jawabku seraya menitikkan air mataku. Salsa adalah sahabat terbaikku, bahkan ia sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri. Orang tua kami pun sebelumnya adalah sahabat seperti kami berdua. Jadi, jangan heran jika berita duka ini dapat menguras air mataku 

Setelah Frisya berhasil menghiburku, kami berdua bergegas menuju ruang guru untuk memberitahukan kabar duka ini kepada Bu Yuli yang merupakan wali kelas dari kelas XI IPS 3 yang merupakan kelas Salsa.. 

Aku pun menceritakan kabar buruk yang menimpa Salsa pada Bu Yuli dan Frisya. Lalu kami langsung mencari jalan keluar untuk membantu masalah keuangan pada keluarga Salsa dengan cara bermusyawarah yang dilakukan tepat sepulang sekolah yang beranggotakan seluruh kelas XI IPS 3 termasuk kami bertiga. Dan tentu sang kepala sekolah, Pak Hendri pun ikut turun tangan. 

Membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mencari solusi dari masalah tersebut. Sousinya adalah dengan cara mengumpulkan sumbangan dari seluruh murid MAN 1 Jakarta Selain itu, lusa akan diadakan acara SEMI, yaitu semangat mencintai lingkungan. Di acara itu seluruh murid diharuskan membersihkan lingkungan sekolah dan mengumpulkan sampah sampah sesuai dengan jenisnya. Untuk sampah botol plastik dapat dijadikan kerajinan yang kemudian dapat dijual. Tak lupa kami juga menanam tanaman mulai dari jenis TOGA alias tanaman obat-obatan keluarga, tanaman hias dan beberapa pepohonan yang akan ditanam di area sekitar sekolah Pepohonan dapat mencegah adanya banjir juga dapat memberikan kesejukan di lingkungan 

Setelah menemukan solusi kami pun bergegas menuju rumah masing-masing dan mengistirahatkan tubuh kami yang lelah. 

Hari ini adalah hari jum’at Aku sangat bersemangat untuk bersekolah karena hari ini dilaksanakan acara SEMI Acara itu dimulai pukul 07.00. Terlihat sekali jika para murid sangat antusias dalam melaksanakan acara tersebut, terutama para murid dari kelas XI IPS 3. Ada yang menyapu, mengumpulkan sampah dan menanam tanaman. Untuk sebagian guru ada yang mengunjungi Rumah Sakit Wijaya untuk menjenguk Salsa. Dan tentu saja kami semua senang 

Kami berjanji mulai saat ini akan selalu berusaha untuk menjaga dan melestarikan lingkungan kami. Kami sadar bahwa alam tidak pernah membutuhkan kami, melainkan kami yang membutuhkan alam. 

Biodata Penulis

Hai kawan, salam kenal. Namaku Uswatun Hasanah. Kalian bisa memanggiku dengan nama pendekku, Ana Mojokerto adalah nama kota dimana aku dilahirkan sekaligus tempat tinggalku saat ini, lebih tepatnya di Desa Sarirejo, Kecamatan Mojosari. Saat ini aku bersekolah di MAN Mojosari dan sekarang aku kelas X IPS 1. Sebelumnya aku bersekolah di Mts Amanatul Ummah. Aku memiliki beberapa prestasi, salah satunya adalah juara 1 lomba hafalan surat-surat al-qur’an dan doa Pelajaran yang ku sukai adalah matematika, ekonomi dan bahasa inggris, namun untuk saat ini aku juga focus dalam mempelajari pelajaran astronomi. Warna favoritku adalah biru muda dan merah. Makanan favoritku adalah nasi goreng. Minuman favoritku adalah es teh. Aku memiliki banyak hobi, salah satunya adalah membuat cerita baik itu cerita pendek (cerpen) atau cerita panjang (novel). Cerpen ini adalah tulisan pertamaku karena aku jarang membuat cerpen. Ya, aku lebih sering membuat novel melalui aplikasi wattpad. Ku harap kalian senang membaca cerpen pertamaku yang berjudul *Cintai Lingkunganmu”. Selain itu aku juga suka sekali membaca, baik itu membaca buku ilmu pengetahuan, novel atau pun al-qur’an. Sudah dulu ya perkenalannya, ku harap dengan sedikit keterangan yang ku berikan kalian dapat mengenalku. Sampai jumpa kawan 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *