Ayahku (bukan) Pembohong

Resensator: Fika Riski Amalia

Novel Ayahku (bukan) Pembohong merupakan karangan Tere-Liye yang menceritakan tentang seorang anak bernama Dam. Sejak kecil, ayahnya suka bercerita tentang kisah-kisah petualangan hebat pada masa mudanya yang ahkan terdengar seperti dongeng. Cerita-cerita ayahnya memiliki nilai moral yang mengajarkan sikap kesederhanaan kepada Dam, dan dia sangat tertarik dan mempercayai semua serita ayahnya. Namun seiring berjalannya waktu, Dam beranjak dewasa dan mulai meragukan cerita ayahnya. Dam menganggap ayahnya pembohong.

Dam akhirnya sudah menikah dan mempunyai dua orang anak, Zaz dan Qon. Kebetulan ayahnya Dam tinggal bersama dengan mereka. Sama seperti Dam ketika masih kecil yang suka mendengar cerita ayahnya, anak-ananya Dam juga suka mendengarkan cerita kakeknya (Ayahnya Dam). Sebetulnya Dam tidak suka melihat hal tersebut, ia tidak ingin anak-anaknya terjejali cerita bohong ayahnya. Dam ingin menghentikan dan menjauhkan kedua anaknya dari kakeknya, namun istrinya selelu berhasil mencegah Dam. Hingga suatu saat Dam berkata terang-terangan tidak ingin cerita bohong ayahnya meracuni anaknya. Ayah pun sakit hati dan meninggalkan rumah Dam.

Beberapa hari kemudian ayah jatuh sakit dan menginap di rumah sakit dan akhirnya meninggal. Namun hingga akhir hayat hidup ayahnya, Dam masih belum mempercayai cerita-cerita ayahnya. Ketika pemakaman ayahnya, tiba-tiba semua tokoh yang diceritakan oleh ayahnya datang melayat. Saat itulah Dam baru menyadari bahwa ayahnya bukan pembohong. Dam sangat menyesal karena telah menganggap ayahnya seorang pembohong dan tidak mempercayai hingga akhir hayat hidupnya.

Novel ini sangat menarik untuk dibaca karena mengandung nilai moral yang mudah untuk diambil dan sangat menginspirasi pembaca. Penggambaran pesan yang ingin disampaikan pembacanya tersirat dalam setiap cerita ayah dan potongan kejadian yang terjadi dalam hidup Dam. Nilai moral yang dapat diambil dari novel ini meliputi empat hal, yaitu hubungan manusia kepada Tuhan, hubungan manusia dengan sesama, hubungan manusia dengan alam sekitar dan hubungan seorang manusia dengan dirinya sendiri. Novel ini menggunakan bahasa yang ringan dan memakai alur maju mundur yang tidak membingungkan. Namun sayang penggunaan sudut pandang hanya dari tokoh Dam saja sehingga pembaca tidak mengetahui sudut pandang dari tokoh lain, seperti istri dan anak-anaknya Dam. Meski begitu novel ini layak untuk dibaca oleh semua kalangan mulai dari anak-anak hingga dewasa karena banyak pesan moral yang bermanfaat untuk memperbaiki diri dalam kehidupan sehari-hari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *