Resensator: Anissa Setya Wardani
Santri juga Bisa Sukses
Setiap tempat adalah sumber belajar. Setiap waktu adalah kesempatan untuk beramal. Dan setiap orang adalah guru sekaligus pelajar
– Perpustakaan MAN 1 Mojokerto –
Cerita dimulai ketika Alif, sebagai tokoh utama, tengah berada di dalam sebuah gedung bertingkat tinggi di Washington, DC. Disaat duduk diam mengamati keadaan di luar gedung yang sedang turun salju dan orang-orang berlalu lalang, ia mendapatkan sebuah pesan masuk yang ternyata dari Atang, sahabat masa remajanya semasa tinggal di Pondok Madani. Setelah mendapat pesan dari Atang, ingatan tentang masa lalunya pun terulang kembali.
Alif yang baru saja lulus dari sekolah Madrasah Tsanawiyah (setara dengan jenjang SMP) merasa sangat senang karena lulus dengan nilai terbaik, yang mana ia memenuhi syarat untuk bisa masuk ke SMA terbaik di kota Bukittinggi, lalu melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung agar kelak dapat mewujudkan mimpinya menjadi seperti B.J Habibie. Namun, impian itu harus terkubur dalam-dalam karena Ibunya Alif yang melarangnya sekolah di SMA dan memintanya melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah untuk terus belajar agama. Alif yang sedih dan kecewa memutuskan mengurung diri berhari-hari, hingga pada suatu hari Ibunya memberikan sebuah surat dari Paman Gindo yang sedang belajar di Mesir. Dalam surat itu, Pamannya menceritakan sedikit tentang sebuah pondok pesantren yang berada di Jawa Timur. Setelah membacanya, Alif merasa tertarik untuk pergi merantau melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren tersebut meski dengan setengah hati. Mengetahui keinginan anak pertamanya itu, dengan sedikit berat hati Ayah dan Ibunya memberikan izin Alif dan berusaha mengikhlaskannya merantau di Pondok Madani, Jawa Timur.
Sesampainya di Pondok Madani, Alif bertemu dengan 4 laki-laki yang kelak menjadi teman dekatnya di pondok tersebut. Atang, Baso, Dulmajid, Raja, Said yang menyebut diri mereka sebagi Shihabul Menara. Ia bersama keempat laki-laki itu menghabiskan waktu untuk belajar sungguh-sungguh sebelum hari tes masuk. Dengan niat, usaha dan atas kehendak Tuhan, mereka berlima dapat melewati tes dengan lancar hingga berhasil lulus menjadi siswa Pondok Madani. Dari situlah kehidupan Alif sebagai santri rantau dimulai.
Novel ini sepenuhnya menceritakan tentang kehidupan Alif bersama para santri di Pondok Madani yang sedang berjuang meraih mimpi-mimpinya. Meski beberapa part dalam cerita terkesan bertele-tele hingga membuat pembaca merasa bosan diawal, namun gaya bahasa yang ringan dan mudah oleh penulis membuat pembaca mudah memahami isi, terutama kelompok remaja. Maka tidak heran jika buku ini menjadi buku best seller dan membuat sukses penulisnya, Ahmad Fuadi.