HUTAN KEHIDUPAN

Seperti yang kita lihat, banyak orang yang tidak memperdulikan tentang lingkungan di sekitarnya. Tapi di sisi lain di desa Hawai terdapat penduduk yag sangat memperdulikan lingkunganya yaitu VarunIa menjabat menjadi kepala desa saat berusia 18th, sangat muda bukan? 

Pada waktu SMA Varun sangat khawatir, ketika hutan di dekat desanya ingin di bangun sebuah pabrik minuman ringan, Varun sangat gelisah dan ia berpikir apabila hutan tersebut di bangun pabrik, maka akan membahayakan desanya. 

Varun pun pergi untuk menemui salah satu temanya 

yaitu Imran,”Bagaimana pendapatmu, jika hutan kita akan di bangun pabrik? Siapa yang mampu mencegah pembangunan ini?” tanya Varun. Imran pun menjawab, “Udalah bro, itu juga bukan kerjaan kita kan? Lupakan saja!” Tanya Varun sambil makan mangga, “Dapat dari mana mangga ini?” 

“Dari hutan,” saut imran. 

“Jika hutan itu tidak ada, darimana kita akan dapat buah mangga gratis lagi?” ucapan Varun dengan sedikit jengkel. 

Varun pun mengajak Imran pergi ke hutan, setelah sampai ke hutan, Varun dan Imran bertiduran di bawah pepohonan. 

“Udaranya sangat sejuk Var, rasanya aku ingin tidur disini,” ucap Imran sambil menikmati udara di hutan. “Tidur saja sekarang! Bulan depan hutan ini akan berubah menjadi pabrik minuman, jadi nikmati saja sekarang!” jawab ku dengan santai Ketika Varun berbicara tiba-tiba Imran sudah tertidur pulas. “Oh dasar tukang tidur. Di ajak bicara malah tidur,” gemam ku dengan kesal. 

Tiba-tiba Varun melihat desa Hawai sangat kering dan air di sana sangat keruh, penuh limbah pabrik minuman, Sehingga warga Hawai kekurangan air bersih dan kondisi kesehatan para warga pun menurun, karena memakai air yang keruh untuk memasak,minum dan mandi. **Untung saja hanya mimpi,” Ucap ku dengan rasa penuh syukur. “Aku tidak akan membiarkan hutan itu di bangun pabrik, bagaimana pun aku harus mencegahnya,” kata-kata ku dengan penuh keyakinan Akhirnya Varun pulang dan meninggalkan Imran yang sedang tidur “Assalamualaikum,” salam ku sambil mengetuk pintu. “Walaikumsalam,” sautan salam dari ibu. “Ibu ada yang harus di bicarakan. Ibu hutan kita akan di bangun sebuah pabrik, Aku tidak ingin bu, jika hutan kita akan di bangun pabrik. Ayo kita demo aja bu, agar hutan kita tetap aman,” bicara ku dengan nada yang khawatir. 

“Ibu juga tidak setuju, tapi apa daya Ibu ini! Jika saja ayahmu masih hidup, pasti ia akan menolak pembangunan pabrik ini. Sekarang sudah sore sebaiknya Varun pergi mengaji dulu!” ucapan ibu yang sedang mengalihkan pembicaraan. “Iya bu, Varun mandi dulu!” pamit Varun Ketika Varun pergi ke mushollah untuk mengaji, tiba-tiba Varun bertemu dengan Imran. “Var, ngapain kamu tinggalin aku tidur sendirian?” tanya Imran dengan kesal. Aku pun mnejawab, “Maaf, aku gak mau ganggu tidur kamu. Aku mau ngaji dulu nanti aku akan pergi kerumahmu.” 

Varun pun langsung pergi ke Mushollah dan mengaji. Setelah sampai ,Varun teringat akan musibah yang terjadi saat Varun masih SD kelas 1, desanya mengalami kebanjiran sehingga Varun jarang sekolah. Setelah air surut ayahnya melakukan reboisasi ayahnya Varun terkena seragan jantung dan meninggal dunia. “Nak kenapa kamu melamun?” tanya Pak Ustad. Aku pun kaget dan menjawab, “Nggak kok Pak,cuma teringat saat desaku mengalami kebanjiran aja.” “Itu kan dulu, semenjak hutan kita di reboisasi, desa kita aman dari kebanjiran,” tutur kata dari Pak Ustad. “Varun pulang dulu ya Pak,” Pamit Varun sambil mencium tangan Pak Ustad Varun pun langsung menuju rumah Imran, “Assalamualaikum…” salam dari Varun “Waalaikumsalam, oh Varun silahkan duduk nak!” jawab ibunya Imran “Maaf bu, saya ingin bertemu Imran,” ucap Varun “Iya tunggu, saya akan panggilkan! Imran….Imran…. di cari temanmu nak!” teriakan ibunya Imran. “Ada apa Varun?” tanya sinis dari Imran “Kamu kesal sama aku? maaf donk, aku kan gak sengaja,” ucap Varun dengan cekikikan. “Iya, biarin udah terlanjur Tha. Ingin apa kamu kesini ?” jawab Imran. 

“Begini, aku ingin mengadakan rapat untuk menolak bangunan pabrik di hutan. Karena hutan adalah kehidupan warga Hawai, jika hutan tersebut di bangun pabrik, maka akan terjadi kekeringan dan kebanjiran. Jadi apakah kamu ikut mendukung ku?” penjelasan dari Varun. “Aku akan mendukungmu Varun. Apa yang kamu lakukan sudah benar, jika hutan kita di bangun pabrik, darimana kita akan dapat mangga gratis lagi? Hehehehe,” lawakan dari Imran Akhirnya, Varun membuat surat tentang perkumpulan di balaidesa jam 10 pagi dan langsung menyebarkan surat tersebut kerumah warga. Keesokan harinya tepat pukul 10 pagi, warga kumpul dan Varun langsung memulai percakapanya. “Assalamualaikum wr wb, maafkan saya para warga karena telah mengganggu aktivitas anda. Dengan mengenai pembangunan pabrik di hutan, saya sangat tidak setuju, jika ini tetap di biarkan terjadi, itu akan menjadi musibah bagi warga Hawai. Apakah para warga ingat saat hutan kita belum di reboisasi? kita sering terkena banjir. Apakah para warga ingin musibah itu datang lagi? Hutan tersebut juga bermanfaat bagi kita, terdapat banyak buah-buahan segar seperti mangga.jambu,delima dll. Itu semua kita dapatkan secara gratis kan? Aku ingin dukungan kalian sehingga aku dapat berbicara dengan pihak pembangunan pabrik dengan baik-baik.” “Baiklah kami akan mendukungmu!” ucap warga dengan kompak Saat itu juga Varun langsung menemui pihak pembangunan pabrik. 

“Maaf pak, pembangunan pabrik ini harus di batalkan, karena warga Hawai sangat membutuhkan hutan tersebut. Jika hutan tersebut di bangun pabrik maka akan ada musibah di desa ini.” Pihak pabrik menjawab, “baiklah jika warga tidak ingin pabrik ini di bangun, maka akan saya batalkan rencana pembangunan ini. Karena hutan ini juga kurang cocok bagi pabrik saya.” 

Varun pun sangat senang dan sejak itulah warga memilih Varun untuk jadi kepala desa di Hawai. Semenjak desa Hawai di pegang oleh Varun, ada banyak kemajuan seperti di adakanya kerja bakti 1 minggu 1x, dan memperbaiki pohon pohon di hutan yang tumbang. Sehingga desa Hawai terlihat sangat indah dan bersih. 

“Alhamdulillah ayah, Varun bisa menjaga desa Hawai dengan baik dan sekarang pun warga desa ikut serta dalam menjaga kebersihan lingkungan desa Hawai 

Varun masih ingat kata-kata ayah,”Jangan biarkan desamu menangis, hanya karna tidak kepedulianmu. Jangan pernah merasa takut, dalam melakukan hal yang bermanfaat bagi semua orang.” Kata-kata ayah akan slalu Varun ingat,” curhatan dari Varun. 

Menjadi kepala desa di usia muda adalah suatu kehormatan bagi Varun dan keluarga Varun. Meskipun Varun menjabat jadi kepala desa, ia tidak pernah meninggalkan pendidikanya. Meskipun usianya muda, tapi Varun sangat bertanggung jawab 

“Tidak ada batasan usia, untuk pekerjaan yang mulia” 

Tentang penulis

Nama saya Nada Sinta Ayu Lib Wati, saya di lahirkan di Mojokerto pada tanggal 10 Mei 2000. Rumah saya ada di Ds Kalipuro, Dsn Kaliurip, Kec Pungging, Kab Mojokerto. Nama orang tua saya adalah Tholib dan Tiknowati. Hobbi saya adalah menari, sejak SMP saya mengikuti organisasi menari di Mojokerto. Saya alumni dari SMP PAHLAWAN MOJOSARI, di sana saya mendapat pendidikan yang sangat baik, meskipun sekolah itu swasta namun aku sangat bangga. Para guru di sana sangat baik dan juga sabar, setelah lulus dari SMP PAHLAWAN, saya menlanjutkan di MAN MOJOSARI Saya sekarang duduk di kelas XI MIPA 3 dan bertemu dengan teman-teman yang sangat baik. Setelah lulus dari MAN MOJOSARI saya ingin melanjutkan pendidikan saya di SHS(Surabaya Hotel School) di surabaya, dan mengambil di kapal pesiar. Dengan dukungan orang tua, pasti saya bisa mencapai cita-cita saya. Aktor favorit saya adalah Sharukhan, 

saya sangat menyukainya karena dia multitalenta. Saya sangat ingin seperti dia yang berbakat dalam menari dan acting. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *